MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
“FITNAH”
KELAS : XII IPA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
1. AAN ANWARI
2. CASNANTO
3. RAHMAT HIDAYAT
4. TOYIB
Dinas Pendidikan
UPTD Pendidikan Bongas
SMA Negeri 1 Bongas
Jl. Raya Desa Cipaat Kec. Bongas Kab. Indramayu
45255
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada
Allah SWT. yang telah memberi berbagai nikmat dan kesehatan serta kekuatan,
sehingga bisa menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini adalah sebagai
salah satu pemenuhan tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Mohon maaf apabila makalah ini jauh dari kesempurnaan,
karena sesungguhnya, kesempurnaan hanya milik Allah, dan saya disini hanya
sebagai pelajar yang masih belajar dan berusaha untuk memenuhi tugas dalam
perjalanan saya selama belajar.
Terimakasih
kepada Ibu guru, yang telah membingbing saya dalam belajar selama ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.
Penulis,
Kelompok 6
Kelompok 6
I
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................
I
Daftar Isi
...............................................................................................................................
II
I.
Dalil tentang Fitnah
.................................................................................................
1
II.
Pendapat para ulama
...............................................................................................
2
BAB I
1.
Pengertian Fitnah
.....................................................................................................................
3
A.Kufur/Kafir
....................................................................................................................
3
B. Bencana
.........................................................................................................................
3
C. Konflik
..........................................................................................................................
3
D. Tipu
...............................................................................................................................
4
E. Binasa
............................................................................................................................
4
F. Gangguan .......................................................................................................................
4
BAB II
2. Sifat
dan karakteristik ....................................................................................................
5
BAB III
3.
Menghindari
Akhlak Tercela (Fitnah) .........................................................................
6
BAB IV
5. Nilai
Negatif dari Fitnah ................................................................................................
7
Kesimpulan
..........................................................................................................................
8
Tinjauan Masa Kini Terhadap Fitnah ..............................................................................
9
Saran .....................................................................................................................................
9
II
I.
Dalil Tentang Finath
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ
كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
وَإِخْرَاج أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ
الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ
عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ
فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia)
dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan
mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan
berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak
henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari
agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad
di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah
yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 217)
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ
لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ
مَا
اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ
مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيم
“Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah
baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. ” (Q.S. An-Nur
24:11)
1
II.
Pendapat Para Ulama tentang Fitnah
Makna satu kata, Fitnah
Seringkali para juru dakwah menyebut-nyebut kata
fitnah, dalam berbagai bahasan. Seringkali pula mereka beranggapan bahwa
masyarakat Indonesia sudah begitu akrab dengan kata tersebut, sehingga mereka
pasti paham. Padahal sesungguhnya tidaklah demikian. Berbagai realitas
-termasuk yang saya dengar-, menunjukkan bahwa ada kesalahpahaman besar seputar
pemaknaan kata tersebut, di tengah masyarakat kita, saat kata itu disebutkan
oleh seorang juru dakwah. Pasalnya, kata tersebut berbeda makna dalam bahasa
kita, Indonesia, dibandingkan makna kata itu di dalam bahasa Arab. Sementara
kerap disampaikan para juru dakwah adalah makna kata itu dalam bahasa Arab.
Dalam bahasa
Indonesia, kata fitnah, seperti disebutkan dalam banyak kamus bahasa Indonesia
adalah: menuduh tanpa bukti. Dalam bahasa Arab, kata itu berarti buhtaan.
Seperti disebutkan dalam hadits tentnag ghibah, yang kesohor itu.
Sehingga,
ketika seorang juru dakwah mengatakan, “seorang pria muslim tidak boleh
berduaan dengan seorang wanita muslimah yang bukan muhrimnya, karena
dikhawatirkan terjadi fitnah….” kebanyakan masyarakat Indonesia akan
memahaminya.’…..khawatir mereka berdua akan difitnah. Yakni, dituduh berbuat
mesum dan sejenisnya.’ Padahal yang dimaksud juru dakwah tersebut,’….khawatir
akan terjadi bencana. Yakni bencana maksiat, mulai dari yang paling ringan,
hingga perzinaan.’
2
BAB I
1.
Pengertian
Fitnah dalam bahasa Arab disebut الفتنة,
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, kata Fitnah diartikan sebagai perkataan
yang bermaksud menjelekkan orang. Fitnah yaitu komunikasi dengan satu orang
atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa
yang dilakukan berdasarkan fakta palsu yang dapat mempengaruhi penghormatan,
wibawa atau reputasi. Fitnah juga diartikan sebagai Kekufuran seperti yang
dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh:217, dan Kesesatan seperti yang dijelaskan
dalam surat Al-Maidah: 41.
Maksud Fitnah
Kata "fitnah" asalnya
diserap daripada bahasa
Arab, dan pengertian asalnya adalah "cobaan" atau "ujian". Maksud dan
pengertian fitnah jika diselak lebar al-Quran dan hadis adalah sebagaimana
berikut.
A. Kufur/Kafir
Firman Allah Subhanahu Wata’ala yang bermkasud:
“Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang
dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah . Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…” (Al Baqarah: 217)
Firman-Nya lagi yang bermaksud:
“Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim” (Al Baqarah: 193)
Kata fitnah dalam ayat ini menurut para ulama
tafsir adalah bermaksud ‘kekafiran’ atau ‘kemusyrikan’. Iaitu bahawa mereka itu
menyebarkan kekafiran.
B. Bencana
Sabda nabi Sallallhu alaihi
Wasallam yang bermaksud:
“Apabila datang (meminang) kepada kamu seorang
pemuda yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kahwinkanlah dia dengan anak
perempuan mu. Dikhuatiri akan terjadi fitnah (bencana) dan kerosakan yang besar
di muka bumi.”
Perkataan fitnah dalah hadis ini memberikan maksud
bencana atau musibah yang akan berlaku sekiranya perkahwinan ditangguhkan. Ini
kerana syarat pemuda soleh itu adalah sebaik-baik pilihan untuk dijadikan suami
kepada anak-anak perempuan.
C. Konflik
Firman Allah Subhanahu Wata’ala yang bermaksud:
“Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada
kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal
tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah…” (Ali Imran: 7)
3
Terdapat sebagian orang Islam
yang hanya menggunakan semata-mata penilaian mengikut aspek rasional. Sengaja
mencari penafsiran ayat melalui pendekatan logika akal manusia yang terbatas
semata-mata, sehingga melencong dari tafsiran yang tepat. Tujuan mereka
semata-mata menyebar fitnah, iaitu mencari konflik dan perselisihan dengan
sesama muslim.
Inilah penjelasan kepada ayat ini yang dengan jelas
menyebut perkatan fitnah. Ia bermaksud menimbulkan konflik dan kekeliruan dalam
masyarakat. Ia juga disebut sebagai propaganda.
D. Tipu
Firman Allah Subhanahu Wata’ala yang bermaksud :
“Kemudian
tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah
kami mempersekutukan Allah” (Al An’am: 23)
Fitnah yang dimaksud dalam ayat
ini adalah ucapan tipu dan dusta, untuk membela diri mereka di hadapan Allah.
Padahal Allah mengetahui hakikat mereka, dan apa yang tersembunyi dalam hati
mereka.
E. Binasa
Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
yang
bermaksud:
“Di antara
mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang)
dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa
mereka telah terjerumus ke dalam fitnah . Dan sesungguhnya Jahannam itu
benar-benar meliputi orang-orang yang kafir” (At Taubah: 49)
Dalam ayat ini kaum munafik di masa
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam enggan menyertai peperangangan kerana
menganggap itu adalah suatu kebinasaan (fitnah). Padahal sesungguhnya mereka telah berada
dalam kebinasaan dengan sifat munafik. Iaitu kebinasaan diri mereka di akhirat
kelak dengan balasan neraka yang paling bawah.
F. Gangguan
Firman Allah Subhanahu Wata’ala:
yang
bermaksud:
“Dan di
antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka
apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah (gangguan)
manusia itu sebagai azab Allah . Dan sungguh jika datang pertolongan dari
Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah bersamamu”.
Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?” (Al Ankabut: 10)
Dalam ayat ini, kata fitnah
membawa maksud ganguan. Inilah sifat biasa manusia yang menganggap ujian Allah
dalam bentuk gangguan manusia sebagai azab.
4
BAB II
2.
Sifat dan Karakteristik
Inilah
gambaran orang yang suka memfitnah (mengadu domba) :Pengecut dan curang. Orang
yang suka memfitnah tidak mampu bersaing secara sehat.
· Pendusta.
Dusta/bohong menjadi menu utama dalam aksinya untuk
memfitnah dan mengadu domba orang lain.
Hidup dan kehidupannya dihantui oleh
prasangka buruk.
· Suka memata-matai dan mencari-cari
kesalahan orang lain. Dia asyik sekali membongkar rahasia, keburukan dan
kebusukan seseorang, ketika orang itu tidak ada. Dan ketika orang itu datang,
maka pembicaraan pun berhenti dengan sendirinya, kemudian berganti dengan
memuji dan menyanjung. Ini adalah perbuatan hina dan jijik.
· Iri, dengki dan sombong selalu
menempel di hatinya, bahkan menjadi darah daging. Ketika dia merasa gagal, iri
dan dengki yang muncul. Namun, ketika memperoleh kesuksesan, dia sombong dan
hidup melampaui batas.
· Hubbuddunya (lebih cinta kepada
gemerlap duniawi daripada cinta kepada Allah)
· Aqidahnya telah rusak, karena lebih
takut kepada manusia daripada takut kepada Allah. Dia rela memfitnah dan
mengadu domba orang lain agar posisi dan jabatannya aman. Yang terpenting
baginya adalah uang dan jabatan. Dengan kata lain, orang yang suka mengadu
domba adalah penjilat bermuka dua.
· Kufur ni'mat. Orang yang suka
memfitnah adalah orang yang tidak bersyukur atas ni'mat Allah. Karena akal,
hati dan raganya digunakan untuk merugikan orang lain.
· Menghalalkan segala cara untuk
kepentingan pribadi. Hatinya terdorong untuk mengeruk keuntungan dengan jalan
pintas. Bahkan tega mengorbankan sahabat dan kelompok seperjuangan.
· Orang yang suka memfitnah dan
mengadu domba berpotensi menjadi pengkhianat.
5
BAB III
3.
Menghindari Akhlak Tercela (Fitnah)
Untuk
menghindari fitnah ada beberapa tips yang perlu diperhatikan.
1) Jangan reaktif,
jangan merespon dengan cepat berita-berita yang masih berkategori “katanya...”.
Reaktif tidak diperlukan dan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena sikap
reaktif cenderung lebih tergesa-gesa. Ada ungkapan al khabar kal ghabar
(berita itu seperti debu) melayang ke mana-mana dan tidak bertuan.
2)
Pastikan bahwa berita itu ada pembawanya. Sumber berita adalah penentu
kebenaran berita itu sendiri, terkadang berita dari satu tempat ke tempat lain
sudah tidak akurat dan banyak dibumbuhi atau di sisipi berita lain.
3) Tabayyun. Perjelas
lagi berita itu kepada sumber aslinya. Inilah yang di ingatkan oleh QS: al
Hujurat:6
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ
جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ.
"Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu."
4) Jika memang apa yang
diberitakan itu benar terjadi tetapi tidak kita inginkan selesaikan dengan cara
dewasa dan penuh kesadaran serta kasih sayang antar sesama.
Apa yang dapat kita lakukan sebagai upaya membentengi
hati dari fitnah (adu domba) dan memeranginya :
1)
Mulailah segala aktivitas dengan niat yang benar, yang baik dan tulus
hanya untuk mendapatkan ridho Allah.
2)
Mintalah ridho dan restu orangtua, mintalah kepada orangtua untuk
mendoakan agar kita selamat.
3)
Positif (husnuzhon). Jangan memandang / menilai seseorang dari sisi
negatifnya. saja.
4) Perbanyaklah mengingat Allah
(zikrullah), karena zikir kepada Allah dapat melembutkan hati dan menyehatkan
akal.
5) Hati-hati dalam berbicara,
bertindak dan dalam menerima informasi/berita. Gunakan akal sehat dan hati yang
sholeh untuk menganalisa dan menemukan kebenaran dari setiap informasi/berita.
Jangan lupa untuk memohon petunjuk dari Allah dengan sholat istikhoroh.
6)
Hati-hati terhadap kesenangan dunia, jabatan dan kedudukan.
7) Hati-hati
dalam mengemban amanah. Laksanakan amanah dengan mengedepankan kejujuran dan
penuh tanggungjawab.
8)
Jika cinta Islam, maka ikuti aturan Islam. Perdalamlah ilmu agama dengan
rajin mengikuti majelis ilmu atau pengajian dan mengamalkan ajaran Islam dalam
hidup dan kehidupan sehari-hari.
9)
Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. Jangan pernah membenci manusia, karena benci
kepada ciptaan Allah berarti benci kepada Allah. Bencilah kepada perilakunya
yang negatif. Selalu mengajak sahabat-sahabat kita untuk berbuat baik dan
mengingatkannya jika berbuat kemunkaran dan maksiat.
10) Senantiasa
bersyukur kepada Allah. Rajinlah bershodaqoh kepada fakir miskin dan anak
yatim, sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah.
6
BAB IV
4.
Nilai Negatif dari Fitnah
Keutuhan masyarakat tercipta apabila
anggota-anggotaynya saling mempercayai dan kasih-mengasihi. Ini mengharuskan
masing-masing anggota mengenal yang lain sebagai manusia yang baik, bahkan
menganggapnya tidak memiliki keburukan. Dengan menggunjing, keburukan orang
lain ditonjlkan, rasa percaya dari kasih itu sirna. Ketika itu benih perpecahan
tertanam. Menggunjing apalagi memfitnah seseorang , berarti merusak keutuhan
masyarakat satu demi satu, sehingga pada akhirnya meruntuhkan bangunan
masyarakat.
Orang yang
memfitnah dan menggunjing berarti menunjukkan kelemahan dan kemiskinannya
sendiri. Seandainya kuat dalam argumentasi, tentu tidak perlu mengada-ada.
Apabila tidak miskin dalam pengetahuan, mestinya tidak perlu menjadikan
keburukan orang seagai bahan pembicaraan, masih banyak bahan pembicaraan yang
lain.
Suatu ketika Nabi Isa as., bersama murid-muridnya
menemukan bangkai binatang yang telah membusuk. Para murid beliau berkata,”Alangkah
busuk bau bangkai ini.” Mendengar hal itu, Nabi isa as., mengarahkan mereka
sambil berkata, “Lihatlah betapa putih giginya.” Dari kisah di atas dapat
disimpulkan bahwa seseorang harus melihat isi positif pada suatu yang negatif
dan berusaha menemukan kebaikan dalam suatu yang terliht buruk.
Selain itu,
apabila yang kita tuduhkan itu salah dan tidak terbukti, maka kita akan menjadi
orang yang dibenci masyarakat, sungguh merugikan. Naudzubillah.
7
Kesimpulan
Fitnah merupakan
penyakit hati yang sangat berbahaya. Karena dampak yang ditimbulkan selalu
negatif, tidak akan pernah positif. Luka yang digoreskan/ditusukkan oleh fitnah
lebih tajam daripada pedang. Kehancuran akibat fitnah lebih dahsyat daripada
bombardir senjata rudal. Fitnah dapat merusak tali silaturahim, merusak
persatuan dan kesatuan, merugikan/mencelakakan/menyengsarakan orang lain,
bahkan dapat menghancurkan Islam, mengotori perjuangan.
Jadi, Fitnah dan adu domba merupakan bentuk kezholiman, yang ditegakkan atas tiga perkara yaitu berpondasi pada kedustaan, kedengkian sebagai alasnya dan kemunafikan sebagai atapnya. Orang yang suka memfitnah dan mengadu domba berjalan dengan baju kesombongan, mengikuti kehendak hawa nafsu dan bujukan syetan. Otaknya dikotori dengan prasangka buruk. Hatinya beku, sulit menerima kebenaran, merasa dirinya paling benar dan paling berjasa sehingga merasa tidak enak dan cemburu ketika orang lain mendapat kesuksesan. Kebahagiannya di atas penderitaan orang lain. Kehidupannya terlena dengan tipu daya syetan. Aqidah dan idealismenya dijual hanya untuk memperoleh kesenangan dunia. Ingatlah, Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak khawatir kalian miskin, tetapi aku khawatir (kalian mendapatkan) dunia (lalu) kalian bersaing dalam urusan dunia itu." (HR. Ahmad)
Kita harus waspada dan hati-hati terhadap fitnah dan adu domba, juga terhadap orang yang suka memfitnah dan mengadu domba. Karena mereka tergolong orang yang munafik, kufur ni'mat dan berpotensi menjadi pengkhianat.
8
Tinjauan Masa Kini terhadap Fitnah
Pada zaman sekarang sudah banyak orang yang saling
tuduh menuduh dan saling mengadu domba pada setiap masalah yang sedang terjadi.
Hal seperti ini banyak terjadi dikalangan masyarakat yang rasa kekeluargaannya sudah
mulai pudar, selain itu juga banyak terjadi di kalangan pemerintahan. Di
kalangan pemerintahan, banyak sekali dugaan yang belum tentu benar adanya
mengenai masalah amanah dan tugas yang diemban. Seperti tuduhan korupsi,
tuduhan penggelapan uang dan lain-lain.\
Jika di masyarakat umum, fitnah yang terjadi
kebanyakan disebabkan ke-iri hatian seseorang terhadap orang lain.
Contohnya ketika salah seorang diantara tetangga ada yang membeli mobil baru,
tetangga yang lain menuduh yang bukan-bukan, karena nyatanya dia tak mampu
menjadi seperti tetangganya. Sehingga menyebabkan perpecahan terjadi diantara
keduanya.
Solusi
Jadi, untuk mengatasi hal yang sering terjadi
tersebut, kita harus mempunyai sifat transparansi agar orang lain tidak mudah
curiga dengan kita. Selain itu, jangan terlalu menghiraukan fitnah itu sampai
ada bukti yang memang jelas adanya.
9
0 komentar:
Posting Komentar